Namaku Bahagia. Hidupku menyenangkan. Aku tampan, aku muda, aku kaya dengan popularitas yang membuatku mapan. Keberuntungan yang membuatku lupa akan kekurangan.
Aku public figur yang dipuji banyak orang, dipuja banyak perempuan.
Ah perempuan. Satu dari sekian ribu banyak gerombolan mereka membuat ku tertarik. Dia begitu unik. Meraba-raba dalam sosoknya yang begitu menggelitik, aku dibuatnya tak berkutik. Seperti magnet yang bertarikan dengan lain kutub, aku dihujani oleh rasa penasaran yang tak dapat ku tutup.
Kau janda beranak dua, tapi masih terlihat sangat muda. Gayamu elegan, membuatku hanyut dalam kekaguman. Pipimu merah maram membuatku semakin geram. Logat bicaramu sungguh bijak, membuatku enggan beranjak. Kau terbalut sempurna dalam kemasan sosok pasangan hidup yang ku idam-idamkan.
Impian pun terkabulkan, akhirnya kau berada dalam pelukan. 5 tahun berlalu indah dengan hembusan nafasmu yang selalu berada di sampingku.
Tapi,
musim impian kebahagiaanku sepertinya mengalami pancarobah. Seharusnya aku meminangmu, tapi kau malah meninggalkanku. Berkali-kali aku mencoba meyakinkan, pedihnya kau malah mengabaikan. Pilu, kenangan yang menyisakan rindu. Obat-obatan terlaranglah akhir dari tujuanku. Aku bukan lagi pria bernama Bahagia..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar